NORMA ADAT ISTIADAT DI MASYARAKAT
Adat atau Tradisi dalam Beribadah Setiap komunitas selalu
mempunyai adat dan tradisi khas sesuai dengan peradaban dan falsafah hidup
mereka. Adat dan tradisi tersebut lahir sebagai akibat dari dinamika dan
interaksi yang berkembang di suatu komunitas lingkungan masyarakat. Oleh
karenanya, bisa dikatakan, adat dan tradisi merupakan identitas dan ciri khas
suatu komunitas.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adat atau tradisi
bermakna kebiasaan perilaku yang dijumpai secara turun-temurun. Karena bermula
dari kebiasaan dan itu merupakan warisan dari pendahulu, maka akan terasa
sangat ganjil ketika hal itu tidak boleh dilakukan atau dilakukan tapi tidak
sesuai dengan kebiasaan yang berlaku.
Allah SWT menciptakan manusia dalam kemajemukan yang terdiri
atas suku, bangsa dan tersebar di berbagai tempat. Kemajemukan tersebut
melahirkan adat dan tradisi yang sangat beragam. Namun demikian manusia
dibekali software yang tidak diberikan kepada makhluk lain, yaitu
akal. Dengan akal inilah manusia menjadi makhluk yang sangat terhormat dan
diharapkan bisa menjadi khalifah di muka bumi serta mampu menciptakan
kreasi-kreasi baru yang membawa kemaslahatan bagi sesama. Dengan kesempurnaan
yang dimilikinya, Allah SWT ‘menaruh harapan’ bahwa mereka mampu melakukan yang
terbaik di muka bumi. Semua itu sebagai amanah Allah SWT yang harus kita
manifestasikan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah Yang Maha Esa.
Masyarakat Indonesia
memiliki beragam adat dan tradisi yang berbeda dengan negara-negara lain,
bahkan dari satu daerah ke daerah yang lain. Beragamnya agama, bahasa dan
budaya adalah keniscayaan dalam konteks keindonsiaan.
Ketika masuk ke Indonesia lewat Walisongo, Islam
begitu ramah menyapa umat. Tidak ada tindakan anarkis dan frontal melawan
tradisi. Kelihaian Walisongo mengakomodasi budaya setempat ke dalam
ajaran-ajaran Islam, menampakkan hasil yang luar biasa. Para
masyarakat yang sebelumnya menjadi penganut kuat ajaran dinamisme dan animisme,
pelan-pelan berbondong-bondong menghadiri majelis-majelis yang diselenggarakan
Walisongo. Mereka hadir bukan karena dipaksa, tapi karena sadar bahwa ajaran
Islam sangat simpatik dan ‘patut’ diikuti.
Itu hasil kreasi yang patut diapresiasi. Islam adalah agama
yang mampu berakumulasi, bahkan hampir bisa dikatakan tak pernah bermasalah
dengan budaya setempat. Bahkan budaya bisa didesain ulang atau dimodifikasi
dengan tampilan yang elegan menurut syara’ dan lebih berdayaguna demi
meningkatkan kasejahteraan hidup. Dengan demikian, kehadiran Islam di tengah
masyarakat, dimanapun dan sampai kapanpun, akan selalu menjadi rahmatan
lil alamin.
No comments:
Post a Comment